Dua bandara di Indonesia, yaitu Bandara Soekarno-Hatta di Banten dan I Gusti Ngurah Rai di Bali, telah ditetapkan sebagai tempat implementasi bahan bakar pesawat berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) untuk penerbangan internasional. Hal ini merupakan bagian dari Peta Jalan Pengembangan Industri SAF di Indonesia yang baru-baru ini dirilis oleh pemerintah.
Kebijakan ini mengharuskan setiap penerbangan internasional yang berangkat dari kedua bandara tersebut untuk menggunakan campuran SAF sebesar 3 persen. Bandara Soekarno-Hatta dan I Gusti Ngurah Rai dipilih karena merupakan bandara tersibuk di Indonesia dan ideal untuk implementasi SAF karena lalu lintasnya stabil.
Tujuan dari target SAF ini adalah untuk merangsang permintaan SAF di pasar. Dengan menerapkan mandat ini, permintaan SAF diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Di Bandara Soekarno-Hatta, permintaan SAF diperkirakan mencapai 119 juta liter jika campuran 3 persen mulai diterapkan pada tahun 2027. Sementara di Bandara I Gusti Ngurah Rai, permintaan SAF akan bertambah 65 juta liter dengan penerapan yang sama.
Mandat penggunaan SAF di kedua bandara tersebut bertujuan untuk memberikan kepastian off-take bagi produsen SAF, terutama selama tahap inkubasi komersial. Konsumen penerbangan internasional dinilai lebih toleran terhadap perubahan harga tiket jika SAF digunakan. Meskipun demikian, dampak kenaikan harga tiket akibat mandat pencampuran SAF diperkirakan hanya sekitar 1,3 persen tanpa adanya subsidi.
Meskipun demikian, dampak peningkatan harga tiket bisa bervariasi tergantung pada persentase biaya bahan bakar masing-masing maskapai penerbangan komersial. Mandat penggunaan SAF di Bandara Soekarno-Hatta dan I Gusti Ngurah Rai direncanakan akan berlangsung hingga tahun 2039. Jika berhasil, mandat ini kemungkinan akan diperluas untuk seluruh penerbangan dari bandara utama lainnya mulai tahun 2040, seperti Bandara Kualanamu, Juanda, dan Sultan Hasanuddin.
Dengan implementasi mandat penggunaan SAF di Bandara Soekarno-Hatta dan I Gusti Ngurah Rai, diharapkan Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang memimpin dalam penggunaan bahan bakar pesawat berkelanjutan. Semoga langkah ini dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan industri penerbangan di masa depan.