Masalah listrik di desa bukan hanya tentang uang, tapi juga tentang infrastruktur yang terbatas. Keterbatasan pasokan listrik menghambat banyak aspek kehidupan, mulai dari produktivitas hingga kualitas hidup masyarakat desa. Bagi mereka, tarif listrik yang terjangkau sangat penting. Meskipun program stimulus tarif listrik membantu, distribusinya masih belum merata, terutama di desa-desa terpencil dengan infrastruktur listrik yang minim. Kadang-kadang, penduduk desa harus mengalirkan listrik dari jarak jauh karena tiang listrik belum terpasang. Hal ini menambah biaya instalasi dan menyebabkan tegangan listrik tidak stabil, melebihi pendapatan terbatas mereka.
Keterbatasan infrastruktur di banyak daerah merupakan masalah besar. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sekitar 2.500 desa di Indonesia masih belum memiliki akses listrik. Selain itu, kondisi geografis yang sulit seperti daerah berbukit atau pedalaman semakin mempersulit situasi. Desa-desa ini mungkin memiliki potensi energi terbarukan, tetapi sulit untuk memanfaatkannya tanpa terhubung ke jaringan listrik yang lebih luas.
Biaya pemasangan listrik yang tinggi juga menjadi kendala utama. Tarif listrik yang mahal ditambah biaya pemasangan yang tidak terjangkau membuat sebagian besar masyarakat desa enggan memasang listrik di rumah mereka. Proses penyambungan ini sering kali memakan biaya besar, sementara pendapatan mereka hanya berasal dari sektor pertanian atau sektor informal yang rentan terhadap fluktuasi ekonomi.
Kapasitas pembangkit listrik yang terbatas juga sering tidak mencukupi kebutuhan listrik di desa-desa. Sebagian besar desa, meskipun sudah terhubung ke jaringan listrik, hanya mendapatkan pasokan listrik terbatas. Bahkan, pemadaman listrik sering terjadi di beberapa daerah, mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat desa.
Namun, muncul ide baru yang menarik: desa tematik. Desa tematik adalah desa yang dibangun dengan fokus pada satu sektor tertentu, di mana infrastruktur dan sumber daya disesuaikan dengan karakteristik wilayah tersebut. Konsep ini bisa menjadi terobosan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur kelistrikan. Misalnya, desa yang kaya akan sumber energi terbarukan seperti air atau matahari dapat menggunakan pembangkit listrik mikrohidro atau panel surya.
Pendekatan ini tidak hanya memberikan listrik yang murah, tetapi juga berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pembangkit listrik ini bisa dikembangkan dengan partisipasi masyarakat desa, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Contoh suksesnya dapat dilihat di Dusun Tangsi Jaya di Kabupaten Bandung Barat, di mana masyarakat berhasil menggunakan kincir air untuk menghasilkan listrik.
Desa tematik yang fokus pada energi terbarukan bisa menjadi model efektif bagi desa-desa di Indonesia. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, desa-desa bisa memiliki listrik murah dan berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Desa tematik juga memberikan peluang untuk pengembangan ekonomi berbasis energi hijau.
Program pelatihan dalam bidang kelistrikan juga bisa dilakukan untuk membantu masyarakat desa menjadi lebih mandiri dalam mengelola sistem kelistrikan mereka sendiri. Tantangan terbesar dalam implementasi desa tematik adalah pembiayaan dan koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat. Diperlukan dukungan yang kuat agar desa-desa tematik bisa sukses.
Inisiatif seperti desa tematik merupakan langkah penting dalam mengurangi kesenjangan pembangunan antara desa dan kota. Dengan akses listrik yang lebih baik, desa bisa berkembang lebih cepat dan meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Program pemerintah dalam memberikan potongan tarif listrik perlu ditingkatkan, namun desa tematik bisa menjadi solusi jangka panjang yang memberikan dampak positif bagi pembangunan ekonomi dan sosial desa.