Tahun 2024 menjadi waktu yang menantang bagi industri otomotif. Beberapa merek mengalami penurunan penjualan yang signifikan, yang berdampak pada stabilitas bisnis mereka. Beberapa pabrikan besar seperti Volkswagen (VW), Stellantis, dan Nissan sedang menghadapi tantangan serius dalam hal penjualan dan krisis finansial.
Stellantis, perusahaan otomotif multinasional hasil dari penggabungan Fiat Chrysler Automobiles (FCA) dari Italia-Amerika dan Groupe PSA dari Prancis, saat ini mengelola merek-merek terkenal seperti Jeep, Chrysler, Dodge, Ram, Maserati, Peugeot, Citroën, DS Automobiles, Opel, dan Vauxhall.
Sementara itu, Volkswagen dari Jerman telah mengumumkan rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran dan menutup setidaknya tiga pabrik di Jerman. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya restrukturisasi karena tekanan biaya produksi dan tenaga kerja yang tinggi, serta persaingan yang semakin ketat di industri otomotif. CFO VW Arno Antlitz menyebutkan bahwa restrukturisasi ini diperlukan mengingat penurunan penjualan pasca-pandemi Covid-19.
Penjualan VW dilaporkan turun sebanyak 500.000 unit per tahun sejak saat itu, memaksa VW untuk memangkas produksi dalam waktu dua tahun guna menstabilkan keuangan perusahaan. Penurunan penjualan juga terjadi di China, pasar utama VW selama bertahun-tahun. Persaingan dengan produsen lokal yang menawarkan kendaraan listrik dengan harga lebih terjangkau membuat VW harus berjuang keras di pasar China dan Asia.
Di sisi lain, Stellantis juga mengumumkan PHK terhadap 1.100 karyawan di pabrik Jeep Gladiator di Toledo, Ohio, Amerika Serikat. Langkah ini diambil untuk meningkatkan efisiensi dan menyesuaikan produksi dengan kebutuhan pasar di Amerika Utara. Meskipun sulit, langkah ini dianggap perlu agar Stellantis bisa kembali bersaing dan mengembalikan produksi ke level sebelumnya.
Nissan juga tidak luput dari masalah, dengan CEO Makoto Uchida mengumumkan langkah-langkah perampingan termasuk penjualan sebagian saham perusahaan. Nissan berencana memangkas 9.000 pekerja, mengurangi produksi, dan menjual sebagian besar sahamnya di Mitsubishi. Pengurangan ini mencakup sekitar 6,7 persen dari total tenaga kerja global Nissan, dengan harapan dapat membantu perusahaan melewati masa-masa sulit.
Dalam kuartal ketiga tahun 2024, Nissan melaporkan kerugian bersih yang signifikan, memaksa perusahaan untuk merevisi rencana-rencana mereka. Uchida mengungkapkan penyesalannya atas situasi sulit yang dihadapi perusahaan. Tantangan besar di depan mata, namun dengan restrukturisasi dan penyesuaian yang tepat, diharapkan industri otomotif dapat pulih dan kembali bersaing di pasar global.